- Definisi Jin
Jin
menurut arti bahasa berasal dari lafatz ijtinan yang berarti
istitar (sembunyi) dari lafazh jannahul lail, yaitu jika malam
menutupinya sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat Al An'am ayat 76
tentang kisah nabi Ibrahim artinya: "Ketika malam telah menjadi gelap, dia
melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata:Inilah Tuhanku". Mereka sembunyi
dan tidak terlihat oleh mata manusia maka disebut jin, mereka bisa melihat
manusia tetapi mereka tidak bisa dilihat oleh manusia sebagaimana firman
Allah, artinya:
" Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka." (Al A'raaf 27).
Di samping itu ada beberapa kata yang seakar dengan kata jin ini dan
semuanya punya makna yang hampir serupa. Seperti kata janin yang
berarti bayi yang tersembunyi dalam perut ibunya, junun atau
majnun (gila) karena tertutup akalnya, jannah (kebun/surga)
karena banyaknya tanaman dan pepohonan yang tumbuh menutupi tanah dan masih
banyak lagi yang lainnya.
Jin diciptakan oleh Allah dari api sebagaimana yang
dijelaskan dalam dalil-dalil dari Al Qur'an dan hadits. Allah berfirman,
artinya:
"Dan Kami telah menciptakan jin sebelum(Adam)dari api yang sangat panas ." (Al Hijr 27)
"Dan Kami telah menciptakan jin dari nyala api." (Ar Rahman 15)
Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid dan Adhdhahhak berkata bahwa
yang dimaksud dari firman Allah yang artinya: "dari nyala api" yaitu
"Dari api murni" dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas: "Dari bara api". (Di
dalam tafsir Ibnu Katsir)
Dalil dari hadits, riwayat dari Aisyah Radhiallaahu anhA bahwasannya
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
" Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan dari apa yang telah engkau ketahui." [yaitu dari tanah] (HR. Muslim didalam kitab Az Zuhdi dan Ahmad di dalam Al Musnad).
Jin merupakan makhluk tersendiri yang terbebas dari unsur materi /benda,
alam merekapun berdiri sendiri dan terpisah dari alam manusia. Mereka
memiliki kemampuan untuk berubah bentuk dan sebagaimana dialam kita
disanapun ada kematian dan kehidupan, permusuhan dan amarah, kebaikan dan
kejahatan dan beranak turun
- Hakekat Syaithan
Syaithan adalah
makhluk yang kafir dan durjana dari bangsa jin atau manusia, berdasarkan
dalil-dalil baik dari Al Quran maupun As Sunnah. Tidaklah setan disebut
kecuali selalu berarti kekafiran dan keburukan. Berbeda dengan jin, sebagian
mereka ada yang kafir dan sebagian yang lain ada yang mukmin
Syaithan menunjukan arti setiap yang sombong dan congkak
yang diambil dari kata syathana yang berarti jauh dari kebaikan atau
dari kata syaatha yasyiithu yang berarti hancur binasa atau terbakar.
Maka setiap yang congkak, sombong serta tidak terkendali baik dari kalangan
jin, manusia atau hewan maka disebut syaithan.
Para alim ulama berbeda pendapat dalam mendudukkan syaithan,
apakah mereka itu moyangnya jin atau makhluk berasal dari bangsa jin,
diantara ulama ada yang lebih cenderung dengan pendapat kedua berdasarkan
dalil dari firman Allah yang artinya:
"Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya"(Al Kahfi 50)
Syaikul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa Syaithan
adalah cikal bakal jin sebagaimana Adam Adalah cikal bakal manusia. (Majmu'
Fatawa Ibnu Taimiyah)
- Kesombongan Iblis
Termasuk dalam
golongan syaithan adalah Iblis dan para pengikutnya
Peperangan antara manusia dengan syaithan telah menjadi
sejarah yang cukup lama, dimulai sejak penolakan iblis terhadap perintah
Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam AlaihisSalam. Allah berfirman,
artinya: " Allah berfirman:
' Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) diwaktu Aku menyuruhmu? Menjawab iblis: 'Saya lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah." (Al A'raaf 12)
Dalam hal ini iblis mendahulukan logika daripada perintah
Allah dan menempatkan dirinya diatas kebenaran dengan menghukumi sesuatu
sesuai dengan sebab akibat yang dia anggap benar sementara jelas menentang
Allah. Padahal apabila telah datang dalil yang nyata jelas maka tidak
dibutuhkan ijtihad, dan logika apapun menjadi batal. Yang ada hanya mentaati
dan melaksanakan perintah yang terkandung dalam dalil tersebut, iblis
-semoga laknat Allah atasnya- sangat faham bahwa Allah adalah Rabb Yang Maha
Pencipta, Maha Pemilik, Maha Pemberi Rezeki dan Maha Pengatur tiada
sesuatupun yang terjadi kecuali atas izin dan kete-tapanNya, akan tetapi dia
tidak mentaati Allah karena logikanya yang salah sebagaimana ucapannya yang
disebutkan di dalam firman Allah, artinya:
"Menjawab iblis: 'Saya lebih baik daripadanya Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah. "(Al A'raaf 12)
Maka balasan yang adil atas keberanian Iblis dalam
menentang perintah Allah sebagaimana disebutkan dalam firman Allah, artinya:
"Allah berfirman: 'Turunlah kamu dari Surga itu; karena kamu tidak sepatunya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina." (Al A'raaf 13)
Pengetahuan dan keyakinan iblis terhadap wujud dan
sifat-sifat Allah tidaklah bermanfaat dan juga siapa saja yang mengedepankan
logika daripada perintah Allah sehingga ia bisa dengan leluasa menerima atau
menolaknya atau berhukum dengan perintah Allah tetapi menolak putusan Allah,
dalam hal ini maka ilmu dan kepercayaan tentang Allah tidaklah bermanfaat.
Jadi iblis dinyatakan kafir dengan disertai ilmu dan kepercayaan yang sangat
cukup.
Iblis telah terusir dari Surga dan rahmat Allah sehingga
berhak mendapatkan jatah laknat dan tergolong makhluk yang hina
selama-lamanya. Tetapi memang dasar iblis keparat tidak mau melupakan Adam
yang telah menjadi penyebab ia terusir dan terkutuk, sehingga ia tidak mau
tinggal diam tanpa balas dendam dan dendamnya itu dilampiaskan sesuai dengan
tabiat jahatnya sebisa mungkin.
Allah berfirman, artinya: "Iblis menjawab,
Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan. Allah berfirman Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh. Iblis menjawab:'Karena Engkau menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka,dari kanan dan dari kiri mereka dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)." (Al A'raaf: 14-17)
Keinginan iblis yang sangat kuat dan jahat untuk menyesatkan anak Adam
menyingkap tabiat jahat iblis. Dia adalah makhluk yang benar-benar jahat
bukan sifat yang hanya bersifat sementara, dia makhluk yang murni jahat,
pem-bangkang, keparat dan terkutuk.
Sehingga iblis menjadi makhluk terlaknat dan terkutuk serta memiliki
sifat sombong dan jahat dan Allah memberikan kesempatan hidup yang sangat
panjang. Terlaknat dan terkutuknya iblis dikarenakan maksiat dan sombong
kepada Allah yang menjadikan ia makhluk terhina padahal sebelumnya ia
termasuk makhluk yang terhormat. Karena penolakannya terhadap perintah Allah
untuk sujud kepada Nabi Adam 'alaihi salam mengakibatkan dia terusir dan
terkutuk dari rahmat Allah.
- Sumpah Iblis Untuk Selalu Menggoda Keturunan Adam
Karena
sebab itu iblis bersumpah dan berjanji untuk menyesatkan anak Adam dari
jalan Allah yang lurus dan menutup rapat jalan bagi setiap orang yang ingin
melintasinya. Dan menutup rapat semua jalan menuju keimanan dan ketaatan
yang bisa mendatangkan ridha Allah. Dan dia tidak akan berhenti menggoda
setiap manusia dari seluruh penjuru untuk menghalangi mereka dari keimanan
dan ketaatan, Allah menjawab ikrar iblis dengan firmanNya, artinya: "Allah
berfirman:
'Keluarlah kamu dari Surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa diantara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semua-nya." (Al A'raaf 18)
Dalam hal ini Allah memberi kesempatan bagi iblis dan pengikutnya untuk
menyesatkan dan Allah juga memberi kepada anak Adam kesempatan memilih
sebagai ujian dan cobaan dan semua itu berdasarkan kehendak Allah yang
ditanganNya seluruh keputusan di alam semesta ini, dengan kehendak Allah
iblis dijadikan makhluk yang memiliki keistimewaan tertentu.
Tetapi Allah tidak membiarkan kita bertempur tanpa petunjuk
serta senjata untuk melawan kejahatan iblis. Al- Qur'an dan Sunnah Nabi
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sangat cukup sebagai petunjuk dan senjata
untuk berlaga dalam pertempuran.
Allahu a'lam bish-shawab. (Maraji'
terjemahan "Peredam Makar Setan", karangan syaikh Jamal Ash-Shawali
terbitan Darul haq, Ighatsatul lahfan, karya Ibnu Qayyim dan
Talbis Iblis karya Ibnul Jauzy)
0 komentar:
Posting Komentar