Susunan Redaksi
Pelindung :
Ir. Retno Yuniar Dwi Aryani
Penasihat :
Muhammad Aris S.Pd.I
Pembimbing :
Mustofa S.Ag
Redaksi Utama :
Inas Annisa Tsabita
Siti Uswatun Khasanah
Anniqah
Dwi Andini
Ahmad Ulinnuha
Fatimah
Assalamu’alaikum
Kaifa haaluk Akhi/Ukhti sahabat Rohis Tazakka? Semoga kalian dalam keadaan sehat. Berjumpa lagi dengan buletin Rohis Tazakka Edisi Januari 2017. Kali ini kita akan membahas tentang topik yang sedang hangat saat ini yaitu toleransi. Sebenarnya kita sudah sering mendengar bahkan mengucap kata itu. Namun, banyak orang yang menyalah artikan toleransi. Nah sahabat Tazakka sebenarnya apa sih makna toleransi itu? Lalu bagaimana sih toleransi dalam Islam? Untuk itu Mari kita ulas bersama-sama. Namun sebelumnya mari kita bedah kata toleransi bersama sama.
T : tatkala perbedaan menjadi gunjingan
O: orang-orang mulai bertentangan
L: luapan hawa nafsu memenuhi kehidupan
E: entah sampai kapan ini akan berjalan?
R: rasa kasih sayang mulai menghilang
A: apakah toleransi akan bertahan?
N: nikmati kehidupan dalam kedamaian
S: saling percaya menjadi tuntunan
I: iman dan taqwa menjadi pegangan
Salah satu ayat dalam al-Qur’an yang menyebutkan tentang toleransi adalah Surat al-Kafirun ayat 6 yang artinya “untukmu agamamu dan untukku agamaku.”
Toleransi bermakna menghormati dan belajar dari orang lain, menghargai perbedaan, menjembatani kesenjangan budaya, sehingga akan tercapai kesamaan sikap. Toleransi yang terpenting adalah toleransi dalam beragama. Agama adalah pegangan hidup seseorang, dan kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. Hak untuk menyembah Tuhan diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang boleh mencabutnya
Toleransi agama ini sendiri sudah diatur dalam beberapa firman Allah di Al-Quran, salah satunya adalah surat (QS. Al Baqarah:256).
“Tidak ada paksaan dalam menganut agama Islam, sungguh telah jelas jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa yang ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
Contoh toleransi dalam beragama dapat kita lihat dalam Kisah Nabi Muhammad bertoleransi dalam beragama.
Suatu ketika para pemuka kaum Quraisy berusaha menghentikan dakwah Nabi SAW dengan cara halus, yaitu diplomasi. Dikisahkan mereka mengutus diplomat mereka, Uthbah bin Rabiah untuk membujuk Nabi SAW. Langkah pertama dengan menawarkan 3-ta (harta, tahta, wanita) kepada Rasulullah SAW gagal. Usaha kedua, dengan menawarkan konsep toleransi beragama, yaitu dengan cara saling bergantian melaksanakan ibadah agama mereka. Artinya kaum musyrik pada waktu tertentu mengikuti Islam, namun di waktu lain umat Islam juga melaksanakan ibadah cara kaum musyrik. Menanggapi ajakan ini, turunlah Surat Al Kafirun ayat 1-6.
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".
Inilah sikap Rasulullah SAW terhadap ajakan kaum musyrik. Mereka menawarkan konsep yang salah dalam bertoleransi antar agama. Dalam Surat Al Kafirun jelas sekali bahwa toleransi itu bukan ikut melaksanakan ibadah pemeluk agama lain.
Dua kali mengalami kegagalan, Uthbah bin Rabiah tidak menyerah. Dia sekali lagi menemui Rasulullah SAW untuk menawarkan konsep toleransi beragama yang lain. Dia meminta agar Rasullah SAW untuk sekedar duduk- duduk bersama mereka, dan dia berjanji akan menikuti dakwah Nabi SAW. Untuk ini, Allah SWT menurunkan Surat Al Israa' (17) ayat 73-75 .
“Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka, kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap Kami.”
Ayat- ayat ini pun menolak konsep toleransi beragama yang ditawarkan orang- orang musyrik itu. Padahal sepintas tidak ada kerugian yang akan diderita Rasulullah SAW waktu itu, (dan umat Islam saat ini pun sepertinya tidak akan rugi jika mengikuti ajakan mereka). Namun Allah SWT membuka rahasia potensi buruk jika mengikuti kemauan pemeluk agama lain tersebut dalam ayat 73 tadi. Jika sudah menjadi sahabat, maka sulit untuk menolak ajakan- ajakan selanjutnya yang mungkin semakin menjerumuskan keyakinan umat Islam.
Dari pembelajaran di atas dapat kita simpulkan bahwa toleransi beragama sangat dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Misalkan saja saat kaum musyrikin memberikan beberapa tawaran kepada Rasulullah SAW tentang pergantian dalam melakukan ibadah turunlah surat Al-Kafirun untuk menjawab tawaran tersebut. Rasulullah menyampaikan kepada kaum musyrikin untuk melaksanakan ibadah sesuai agamanya masing-masing. Nah shobat, kalau Rasulullah melaksanakan toleransi dalam beragama, lalu tunggu apa lagi lakukanlah toleransi beragama mulai saat ini.