Suasana duka bagaikan dua bulan terakhir di Indonesia terasa
di Krakow pula dan sama-sama disebabkan oleh kecelakaan transportasi.
Pada hari Sabtu malam, 3 Maret 2012, sekitar pukul 21:15 waktu setempat,
terjadi tabrakan kereta api di wilayah Szczekociny di bagian selatan
Polandia yang menewaskan 16 orang dan membuat 58 orang terluka berat,
peristiwa ini merupakan kecelakaan kereta api yang terparah di Polandia
selama lebih dari 20 tahun terakhir. Tak urung Presiden Polandia saat
ini Bronislaw Komorowski, dan Perdana Menteri Donald Tusk langsung
mengunjungi tempat kejadian pada keesokan paginya bersama tiga menteri
kabinet lainnya. Kami membaca berita itu dari media lokal, baru sehari
tiba di Krakow usai mudik ke Indonesia.
Tabrakan maut ini terjadi antara dua kereta api yang berjalan di atas
satu rel yang sama dari arah berlawanan. Yang satu KA dari Warszawa
menuju Krakow, yang satu lagi KA dari Przemysl menuju Warszawa. Di
daerah Szczekociny, kedua kereta api yang kabarnya sedang melaju dengan
kecepatan tinggi (100-120 km/jam) akhirnya bertabrakan. Para penduduk di
sekitar lokasi kecelakaan mengatakan tabrakan itu terdengar seperti
ledakan bom yang luar biasa keras. Total kapasitas kedua KA adalah 350
penumpang di dalam 10 gerbong. Dampak terparah dari tabrakan ini
terlihat pada tiga gerbongnya yang ringsek berat bahkan terbelah dua.
Sejauh ini masih diberitakan upaya-upaya penyelamatan dan pencarian
korban, namun sudah 16 orang yang dipastikan meninggal dan 58 orang yang
terluka serius. (kami jadi teringat tragedi kereta api Bintaro yang
pernah diceritakan orang tuaku)
10
April 2010 bagi rakyat Poland, cobaan berat bagi bangsa Polandia
tatkala pesawat kepresidenan Polandia mengalami kecelakaan di wilayah
Smolensk, Rusia dan membunuh 96 penumpangnya, termasuk presiden Polandia
saat itu Lech Kaczynski, Istri alias Ibu Negara Maria Kaczynska, dan
para pejabat negara penting lainnya termasuk beberapa pimpinan militer
dan anggota parlemen Polandia. Selama satu minggu penuh di bulan april
itu, seluruh bangsa Polandia dirundung duka teramat mendalam.
Peristiwa 3 maret 2012 ini seolah mengulang kedukaan itu, mengorek
borok luka dan masyarakat menjadi was-was dengan pelayanan transportasi
publik yang buruk—hmm..., mereka belum tahu kalau di negara lain, malah
masih banyak pelayanan transportasi yang lebih buruk. Beginilah
Polandia, masyarakatnya berhak mengkritisi para pejabat, para pegawai
negeri bahkan berhak mengajukan pemecatan pada pe-en-es-nya.
Sumber artikel yang kami baca pada media lokal, menyebut:
Yang pertama-tama ditanyakan semua orang pastilah “How could this
happen?” Bukankah sudah ada pengaturan agar setiap KA mempunyai jalur
rel-nya sendiri selama durasi perjalanannya? Usut punya usut, ternyata
pada hari itu ada perbaikan rel KA di stasiun Szczekociny, sehingga KA
Warsawa-Krakow pindah jalur ke jalur rel yang tidak seharusnya yaitu
jalur rel yang sama dengan KA Przemysl-Warsawa yang juga sedang
beroperasi saat itu, sehingga terjadilah kecelakaan tragis itu. Selain
warga Polandia, juga diberitakan ada warga negara lain yang menjadi
korban meninggal yaitu seorang wanita Amerika dan seorang Ukraina.
Kereta api ditumpangi oleh banyak mahasiswa, pekerja professional dan
manula yang sedang memiliki jadwal rutin aktivitas yang tiba-tiba harus
dihentikan, tanpa disangka mereka menutup mata selamanya.
Hari Berkabung Nasional karena Kecelakaan Transportasi
Presiden Polandia akhirnya menetapkan hari Berkabung Nasional
(Polish: Żałoba narodowa) selama 2 hari, yaitu tanggal 5-6 Maret kemarin
untuk mengenang tragedi ini. Maka selama dua hari mulai terlihat
bendera-bendera yang dipasang setengah tiang dengan pita-pita hitam yang
diikat di bawahnya. Begitu pula stasiun-stasiun TV Polandia masih ramai
memberitakan update-news seputar kecelakaan ini.
Kalau di Indonesia yang jumlah penduduk dan wilayahnya jauh lebih
besar dari Polandia, kecelakaan dengan korban ’16 warga sipil’ pastinya
tidak akan masuk hitungan untuk mengumumkan hari berkabung nasional,
apalagi sampai dua hari. Beritanya pun bisa jadi muncul di TV cukup
untuk 1-2 hari kecuali buat santapan infotainment. Jangankan
presiden, Menteri Perhubungan saja belum tentu meyempatkan diri
berkunjung ke TKP. Amat berbeda dengan situasi Polandia, berita tragis
kecelakaan KA ini sudah cukup membuat Presidennya berkunjung ke lokasi
dan tidak lama kemudian mengumumkan hari berkabung nasional, ‘16 nyawa
korban’ itu amat dihargai. Memang mungkin saja hal ini ada kaitannya
dengan pencitraan Polandia yang akan menjadi host Piala Eropa 2012 yang
bergengsi, juga karena warga Polandia jauh lebih sedikit daripada
Indonesia (Polandia hampir 40 juta penduduk, sementara Indonesia sudah
lebih dari 200 juta orang) sehingga kecelakaan sebesar ini menjadi
sorotan publik bahkan dunia.
Namun lebih jauh lagi menurut kami, hal ini juga menjadi salah satu
indikator bahwa kondisi perkeretaapian atau transportasi di Polandia
sudah jauh lebih baik dari Indonesia, dan yang lebih penting lagi
bagaimana pemerintah Polandia lebih menghargai nyawa penumpang
transportasi negaranya, harga nyawa rakyatnya! Di Indonesia, mana pernah
ada hari berkabung nasional yang ditetapkan karena kecelakaan
transportasi, apalagi yang jumlah korban meninggalnya ‘hanya’ belasan
orang. Dan yang paling disayangkan, kalimat “Ini sudah takdir…” sering
jadi kalimat utama yang jadi alasan para penyebab kelalaian
bertransportasi, sehingga rentetan kecelakaan lalu lintas di jalan raya,
dalam penerbangan, maupun perkereta-apian sudah jadi berita langganan
di negeri kita, apalagi kemacetan lalintas kian merajalela yang ‘para
wakil rakyat’ tak kunjung menemukan solusinya (minimal solusi buat diri
hamba sendiri, hijrah sementara, jangan sampai jadi tukang memadati
jalan raya, deh…).
Jadi dalam bidang transportasi, separah-parahnya dan
sekomplit-komplitnya ejekan warga asing atas pemberitaan kecelakaan
kereta api umum di Polandia ini, dengan miris kamimenyadari bahwa masih
lebih parah dan lebih terbengkalai kondisi transportasi umum di
Indonesia. Apakah pantas tinggal menyalahkan takdir ketika ada manula
yang pingsan karena kelamaan menunggu dalam keadaan lapar di stasiun KA
Bojong gede, misalnya? Dan karena takdir pula-lah seorang Ibu kehilangan
bayi di rahimnya karena tergencet-gencet saat berdesakan dalam kereta
api ekonomi tujuan Bogor? Karena takdir pula para pejalan kaki menjadi
korban tabrakan Xenia maut, begitukah? Jadi khawatir, mungkinkah suatu
hari nanti akan ada pula yang berapologi bahwa “bertindak korupsi sudah
menjadi takdir…” ?! naudzubillahiminzaliik.
Meskipun pemerintahannya adalah kaum kafir ternyata ‘Manjadda wajada’
lebih terasa kental di Polandia, ke-istiqomahan dalam taat pada hukum
juga telah mengalahkan tanah pertiwi (padahal pembangunan Indonesia
sudah ratusan kali lipat jauh lebih modern dari pada di ‘dusun Krakow’
ini lho…) kecelakaan yang amat jarang terjadi itu membuat masyarakat
merasa aman mempergunakan angkutan publik. Memang masih banyak pengemudi
yang kebut-kebutan dengan mobil kebanggaannya, namun temanku bilang,
sekali pernah ada pengemudi mabuk yang menabrak seseorang hingga menemui
ajal, maka seumur hidupnya si pengemudi ini tak bisa mengendarai mobil
lagi, SIM-nya dicabut sampai mati. Dan tragedi kecelakaan lalu lintas
biasanya tak disebut ‘takdir’, melainkan kejadian yang disebabkan
‘human-error’, kelalaian manusia.
Kita manusia adalah makhluk-Nya yang memang paling sering lalai,
lupa, terlena pada kenikmatan dunia. Dan ketetapan-Nya memang selalu
terancang rapi untuk kita jalani, qodho & qodar, yang rancangan
skenario-Nya itu juga berhiaskan ikhtiar optimal seorang hamba, kita
resapi makna ayat indah-Nya, “Apa saja nikmat (kebajikan) yang kamu
peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka itu
dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu (Muhammad) menjadi
Rasul kepada (seluruh) manusia. Dan cukuplah Allah yang menjadi saksi.”
QS. an-Nisa’ (4) : 79. Semua peristiwa kecelakaan itu memiliki hikmah
dan pelajaran berharga, duhai saudaraku… Alangkah ruginya kalau
isak-tangis keluarga korban malah dijadikan senjata penambah rating
televisi atau penghias infotaiment dan selanjutnya hari berlalu tanpa
perubahan berarti pada sikap diri. Mari jalani penerapan hukum kelalaian
diri, dan kita perbaiki kesalahan tersebut, jangan sampai hanya
melempar kalimat “takdir telah berlaku” tanpa usaha perbaikan yang
berpihak pada jelata.
kami sampaikan turut berduka cita kepada semua keluarga korban, semoga dilimpahkan -Nya samudera keikhlasan dan kesabaran dalam
menghadapi peristiwa ini.
Wallohu’alam bisshowab.
(bidadari_Azzam @Old-town Krakow, 7 Maret 2012)
0 komentar:
Posting Komentar