Rohis Tazakka SMK Negeri 1 Bantul

"Fi Thoriqil Islami Jihaduna"

Assalamu'alaikum

Perkenalkan, kami dari Rohis Tazakka SMKN 1 Bantul mempersembahkan sebuah blog yang bertujuan untuk media penyampaikan informasi kegiatan, dakwah dan juga sebagai media mempererat ukhuwah di berbagai kalangan, khususnya pelajar.

Berikut profil singkat kami

Rohis Tazakka SMKN 1 Bantul merupakan suatu organisasi di bawah OSIS sekbid Ketaqwaan. Pada awal pembentukannya, nama Takmir Musholla Ath Tholibin lah yang dipilih menjadi nama organisasi ini sebelum berubah nama menjadi Rohis Tazakka. Nama Tazakka diambil dari QS Al A'la ayat 14 yang berarti membersihkan diri. Hingga saat ini sudah ada 13 generasi yang telah mengabdikan diri bersama Rohis Tazakka.

Perjuangan dakwah tidak akan terhenti apabila sudah menjadi alumni. Ini dikarenakan Rohis Tazakka memiliki organisasi khusus alumni Rohis yang bernama FORMASSKA ( Forum Alumni Rohis SKANSABA ) yang masih terus aktif dan membantu para pejuang muda Rohis SMK Negeri 1 Bantul.

Rohis Tazakka mempunyai jargon Fii Thoriqil Islami Jahadna yang artinya Di Jalan Islam Kami Berjuang. Organisasi ini mempunyai visi mewujudkan warga SMK yang cerdas dan berakhlak mulia, sedangan misinya ialah berjuang dengan niat karena Allah swt.

Info lebih lanjut hubungi kami di
Facebook : Rohis Tazakka
Twitter : @Rohis_Tazakka
Instagram : @rohistazakka

Kesalahan Orang Lain Untuk Pembelajaran Kita

Oleh Halimah

Hidup ini memang sebuah misteri. Kita tak tahu awal dan akhirnya, tak tahu apa yang akan kita hadapi hari ini atau pun besok? Kita sendiri tak tahu apakah kita masih bisa tersenyum di menit berikutnya? Misteri kehidupan yang bila tak di sandingkan dengan keimananan yang kokoh akan membuat kita labil dalam setiap keputusan yang akan kita genggam.


Kadang kita tak mengetahui, apa sebuah sebab terjadi. Atau apa sebab adanya sebuah kejadian yang kita tak inginkan. Keinginan untuk selalu survive dalam sebuah komunitas sosial yang beragam memang dibutuhkan kecerdasan, yang tentu saja harus bisa didapatkan bila kita dapat memaknai sebuah persoalan.



Kata persoalan, seringkali ngin kita hindari. Kita ingin selalu dalam keadaan aman dan tenang dalam meniti hari. Hari-hari yang ingin selalu beraroma sesuai apa yang kita inginkan. Jika bisa, kita sebagai penentu kehidupan ini, karena kita seringkali bermasalah pada diri sendiri. Padahal di setiap masalah ada sebuah hidayah bisa yang kita dapat, bila kita jeli dalam memaknainya. Sebuah kejelian yang harus ada, bila ingin merasakan hidup yang penuh hikmah. Hikmah yang di dapat akan berakhir pada sebuah kesyukuran pada sang Pencipta Kehidupan alam semesta ini.

Hikmah kehidupan selalu ada disetiap gerak hidup ini. Kadang hikmah itu ada yang terlalu nampak untuk di cermati, tapi tak jarang kita harus punya ilmu yang cukup, baru dapat menangkap sebuah sinyal yang ada di dalam sebuah persoalan. Semuanya terpulang pada diri kita sendiri. Apakah kita hanya selalu menerima apapun, atau kita ingin selalu tahu apa sebenarnya makna di setiap persoalan yang kita hadapi atau orang lain hadapi. Yah… Semuanya tergantung pada diri kita!

Berpulang pada keinginan itulah, maka kita akan merasakan nikmat tersendiri bila menemui sebuah persoalan. Yang kadang persoalan itu datagnya dari orang lain. Persoalan yang dibuat orang lain yang menurut kita, adalah merugikan kita. Biasanya, bila kita merasa dirugikan orang lain kita akan bereaksi negatife dengan berbagai cara. Misalnya : Saat kita ingin sekolah, tapi keuangan keluarga tak menucukupi. Jangan bersedih bila ada saja komentar : “Miskin, kok mau sekolah tinggi!” Tentu saja nada ini akan membuat panas telinga, dan membuat kita bersedih hati. “Kenapa orang itu berucap demikian? Bantuin kita juga nggak, tapi kata-katanya sangat menghancurkan hati!”

Pada persoalan ini, kita dapat memetik hikmahnya. “Bila aku kaya, aku tak akan berbuat seperti apa yang telah menimpaku!”. Nah, intisarinya kita dapat memetik sebuah pembelajaran, bahwa alangkah tidak enaknya bila sudah tidak dibantu tapi malah dikata-katain lagi! Jadi, hal itu jangan membuat kita mengulangi sikap minus orang pada kita, bila kita menjadi orang yang berada.


Saat-saat kita masih dalam asuhan orangtua, seringkali kita dihadapkan pada situasi yang membuat hati memanas. Kadang orangtua tidak punya ilmu yang membuat kita nyaman. Maksud saya, orangtua seringkali membandingkan-bandingkan antara satu anak dengan anak yang lainnya. Padahal, itu adalah hal yang sangat mengganggu pikiran kita. “Kenapa sih, kamu tidak sepintar kakakmu?” Hal ini seringkali terjadi, bila orangtua punya alasan agar anak yang bodoh ini termotivasi untuk menjadi seperti kakaknya. Dia lupa, setiap anak punya hal istimewa yang tidak sama antara anak yang satu dengan yang lainnya, walaupun mereka bersaudara. Untuk hikmah ini, dapat kita ambil pembelajaran : “Bila aku punya anak, aku tak akan berbuat seperti apa yang di perbuat oleh orangtuaku!” Jadi, setelah kita merasakan ketidak nyamanan dengan sebuah persoalan, bukan berarti stop sampai disitu! Tapi, ambillah sebuah nilai plus didalamnya, agar di masa mendatang kita lebih punya ilmu dan wawasan untuk tidak mengulang kesalahan orang lain.

Saat kita sakit misalnya, kita sangat membutuhkan sentuhan hangat dari sekeliling kita. Kita tidak hanya memerlukan obat dan nasehat, tapi seringkali kita memerlukan sebuah pijitan atau sapaan yang menghangatkan hati. Kadang orang lain tak tahu, bagaimana menjenguk si sakit. Mereka hanya datang, menanyakan khabar dan membawakan kue. Padahal kita memerlukan lebih dari itu, yaitu sebuah sentuhan. Misalnya : Saat mereka datang, kita ingin rasanya di pijat kaki, karena kaki kita terasa kram semua. Atau kita juga ingin di pijat kepala karena kita merasa pusing. Bila seseorang yang merasa dekat pada kita, maka tentu saja dia akan tahu kebutuhan kita saat itu. Kedatangan mereka yang disertai sentuhan hangat, tentu akan mengurangi rasa sakit yang menimpa kita. Jadi ini juga bisa jadi pembelajaran, bila kita menjenguk teman yang sakit, jangan hanya datang untuk ber-say hello tapi, sentuhlah dia dengan tangan maupun dengan hati. Karena kita akan tahu, bila yang datang benar-benar murni perhatian sama kita atau hanya sekedar memenuhi absensi pertemanan. Iya nggak?!


Pernah nggak di bohongin orang lain? Pasti pernah khan?! Demikian juga saya. Saya pernah berdagang baju secara kredit untuk beberapa tahun. Pada saat berdagang itulah, akhirnya mataku terbuka lebar tentang orang-orang di sekelilingku. Banyak sekali, yang berpenampilan mewah dan up to date tapi…, untuk urusan bayar cicilan mereka selalu menghindariku! Tentu saja saya seringkali mangkel! Masa, seringkali saya yang malu bila berpapasan di jalan, karena mereka selalu menghindari bayar utangnya dan akhirnya sengaja melupakannya. Saya memang bertype pemalu dalam urusan tagihan utang. Bila mereka sudah tiga kali di tagih, maka terserah merekalah! Untuk persoalan ini, maka saya mengambil hikmahnya. Jangan suka mengikuti hawa nafsu dalam berbusana maupun mempercantik rumah, bila semuanya harus di penuhi dengan cicilan! Karena kemauan ingin di bilang “wah” akhirnya menjerumuskan mereka pada utang yang melilit. Hingga beristilah ambil utang untuk menutup utang yang lama. Atau gali lobang tutup lobang, gitu lho…

Sebenarnya sungguh banyak contoh yang lainnya, tapi cukuplah hanya itu yang dapat saya paparkan di sini. Agar setiap persoalan yang kita hadapi tetap dapat membuat kita tetap nyaman dan menambah wawasan kehidupan kita.

( Tulisan ini saya buat untuk pengingat diriku , yang seringkali melupakan hikmah yang seharusnya dapat di petik! )

Halimah Taslima

Forum Lingkar Pena ( FLP ) Cab. Sengata

halimahtaslima@gmail.com

0 komentar:

Posting Komentar