Rohis Tazakka SMK Negeri 1 Bantul

"Fi Thoriqil Islami Jihaduna"

Assalamu'alaikum

Perkenalkan, kami dari Rohis Tazakka SMKN 1 Bantul mempersembahkan sebuah blog yang bertujuan untuk media penyampaikan informasi kegiatan, dakwah dan juga sebagai media mempererat ukhuwah di berbagai kalangan, khususnya pelajar.

Berikut profil singkat kami

Rohis Tazakka SMKN 1 Bantul merupakan suatu organisasi di bawah OSIS sekbid Ketaqwaan. Pada awal pembentukannya, nama Takmir Musholla Ath Tholibin lah yang dipilih menjadi nama organisasi ini sebelum berubah nama menjadi Rohis Tazakka. Nama Tazakka diambil dari QS Al A'la ayat 14 yang berarti membersihkan diri. Hingga saat ini sudah ada 13 generasi yang telah mengabdikan diri bersama Rohis Tazakka.

Perjuangan dakwah tidak akan terhenti apabila sudah menjadi alumni. Ini dikarenakan Rohis Tazakka memiliki organisasi khusus alumni Rohis yang bernama FORMASSKA ( Forum Alumni Rohis SKANSABA ) yang masih terus aktif dan membantu para pejuang muda Rohis SMK Negeri 1 Bantul.

Rohis Tazakka mempunyai jargon Fii Thoriqil Islami Jahadna yang artinya Di Jalan Islam Kami Berjuang. Organisasi ini mempunyai visi mewujudkan warga SMK yang cerdas dan berakhlak mulia, sedangan misinya ialah berjuang dengan niat karena Allah swt.

Info lebih lanjut hubungi kami di
Facebook : Rohis Tazakka
Twitter : @Rohis_Tazakka
Instagram : @rohistazakka

Ada Apa Dengan Kita?






Saudaraku, saat mobil mewah dan mulus yang kita miliki tergores, goresannya bagai menyayat hati kita. Saat kita kehilangan handphone di tengah jalan, separuh tubuh ini seperti hilang bersama barang kebanggaan kita tersebut. Saat orang mengambil secara paksa uang kita, seolah terampas semua harapan.

Tetapi saudaraku, tak sedikitpun keresahan dalam hati saat kita melakukan perbuatan yang melanggar perintah Allah, kita masih merasa tenang meski terlalu sering melalaikan sholat, kita masih berdiri tegak dan sombong meski tak sedikitpun infak dan shodaqoh tersisihkan dari harta kita, meski disekeliling kita anak-anak yatim menangis menahan lapar. Saudaraku, ada apa dengan kita?

Lanjutkan Membaca..

Karena Hidup Hanya Sekali ...

       Seberat apapun beban hidup kita hari ini ... Sekuat apapun godaan yang harus kita hadapi, Sekokoh apapun cobaan yang harus kita jalani, Sebesar apapun kegagalan yang kita rasai, Sejenuh apapun hari-hari kita lalui Jangan pernah berhenti berharap pada pertolongan Ilahi ... Jangan pernah berhenti berdoa kepada Rabbi, Karena harapan adalah masa depan, Karena harapan adalah sumber kekuatan, Karena doa adalah pintu kebaikan, Karena doa adalah senjata orang beriman.

eramuslim - Kita mungkin pernah merasakan betapa tidak berartinya hidup ini, jenuh dan membosankan. Kita seperti manusia yang tidak ada gunanya lagi hidup di dunia. Hari-hari yang kita lalui hampa tiada arti. Kegagalan kita temui disana-sini. Cobaan dan rintangan kita hadapi tiada henti. Beban hidup tarasa berat menjerat. Bagi mereka yang tidak punya iman, mengakhiri hidup yang indah ini seringkali menjadi pilihan.

Lanjutkan Membaca..

Jika Al Qur`an Bisa Bicara



Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya." (QS Al A'raaf [7] : 36).

Bila Al Qur'an bisa bicara !
Waktu engkau masih kanak-kanak, kau laksana kawan sejatiku.Dengan wudu' aku kau sentuh dalam keadaan suci.Aku kau pegang, kau junjung dan kau pelajari.Aku engkau baca dengan suara lirih ataupun keras setiap hariSetelah usai engkaupun selalu menciumku mesra.

Sekarang engkau telah dewasa...Nampaknya kau sudah tak berminat lagi padaku...Apakah aku bacaan usang yang tinggal sejarah...Menurutmu barangkali aku bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu.Atau menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji saja?

Lanjutkan Membaca..

Ketika Anakku Bertanya "Bu, Siapa sih Marlyn Monroe ?"



Aisyah, anakku yang berusia 7 tahun mengalihkan pandangannya
pada jadwal pertandingan sepakbola di sebuah Koran. Tapi
tiba-tiba saja ia bertanya,
"Bu, siapa sih Marilyn Monroe itu?"
"Oooh... itu bintang film Amerika yang terkenal," jawabku
sekenanya.
Aku mengira jawaban itu sudah cukup untuk pertanyaan Aisyah.
Tapi ternyata tidak. Ia melanjutkan jawabanku itu dengan
pertanyaan lain yang membuatku cukup repot menjawabnya.
"Kalau bom seks itu maksudnya apa?" begitu tanya Aisyah.
Terus terang aku terkejut dengan pertanyaan itu. Aku diam
sejenak, lalu mengatakan,
"Itu wanita yang memamerkan kecantikannya. Mereka mengira
dengan begitu akan bisa terkenal, disanjung, dan mendapatkan
uang dengan cepat," kataku hati-hati.
"Wahh... pasti para ratu kecantikan itu cantik sekali
wajahnya ya Bu" katanya polos.
"Ya... katanya sih memang begitu," kataku apa
adanya.Lagi-lagi kukira dialog kami akan selesai di sini,
tapi ternyata tidak. Aisyah, putriku yang baru duduk di kelas
2 SD itu memang kritis. Ia pun melontarkan pertanyaan lagi
yang menjadikanku lebih serius menanggapi pertanyaannya.
"Kok ibu bilangnya pakai "katanya', memangnya Marilyn Monroe
sekarang sudah tua atau sudah tidak cantik lagi?"
"Bukan begitu, dia sekarang sudah meninggal... bunuh diri..."
begitu jawabku. Kupikir aku memang harus bisa menjelaskan
masalah ini dengan baik kepada putriku.
Setelah perkataanku itu, Aisyah meletakkan koran yang ada di
tangannya dan mendekatiku sambil mengatakan, "Kenapa bu? Kan
tadi ibu bilang ia orangnya cantik, kaya, terkenal. Kenapa
dia bunuh diri?"
Aku mencoba menenangkan diri dan menjawab pertanyaannya
perlahan. "Yah, ia memang cantik, terkenal dan kaya. Tapi itu
semua sama sekali tidak membuatnya bahagia," kataku sambil
menarik nafas. Kali ini aku sudah menduga kalau jawabanku itu
akan memancing pertanyaannya lagi. Justru sekarang aku yang
ingin agar dia kritis terhadap jawabanku tadi. Aku pun
bersiap mendengarkan pertanyaan berikutnya.
"Bagaimana mungkin bu, orang cantik, terkenal, kaya, tapi
tidak bahagia?" katanya. Pertanyaan itu yang memang kutunggu.
Aku menjawab, "Ya, karena hatinya kelaparan dan mentalnya
kering."
"Apa bu, hatinya kelaparan? Maksudnya bagaimana sih?"
tanyanya makin penasaran.
Aku terdiam sejenak, berfikir untuk bisa menjelaskan masalah
ini dengan tepat.
"Puteriku, manusia itu seperti yang diajarkan oleh agama kita
terdiri dari tubuh, pikiran dan hati. Agar seseorang bisa
hidup seimbang, bahagia, dan sehat, maka semuanya itu harus
diberi makanan. Makanan tubuh kita itu adalah nasi, buah atau
minuman. Pikiran kita makanannya adalah ilmu pengetahuan
seperti yang engkau pelajari di sekolah. Sedangkan
hati,makanannya adalah iman kepada Allah. Iman kepada adanya
Allah, iman dengan takdir-Nya, kasih sayang-Nya,
kekuasaan-Nya dan iman kepada hari akhirat. Sepanjang apapun
seseorang hidup, pasti akhirnya akan kembali kepada Allah
swt. Kita akan berhadapan dengan Allah dan mempertanggung
jawabkan segala perbuatan kita di hadapan Allah... Saat itu,
balasan yang kita terima hanya satu dari dua, surga atau
neraka. Dan Allah tak mungkin tidak adil terhadap hamba-Nya
..."
Anakku tampak serius sekali memperhatikan uraian tadi. Ia pun
terdiam, sepertinya berpikir. "Apakah Marilyn Monroe tidak
mengetahui hal itu sehingga ia bunuh diri?" katanya.
"Tidak tahu juga ya. Tapi umumnya orang yang bunuh diri itu
adalah karena putus asa dan kekecewaan yang sangat berat.
Putus asa seperti itu tidak dialami oleh seorang yang
beriman. Dalam surat Yusuf Allah swt berfirman, "Tidaklah
orang yang putus asa kepada rahmat Allah itu kecuali
orang-orang yang kafir..." Meskipun ia mengalami kesulitan,
penderitaan dan berbagai kesusahan, tapi orang beriman tetap
percaya pada kasih sayang Allah swt. Ia bisa melakukan
sholat, berdo'a, berdzikir, membaca al-Qur`an yang menjadikan
hatinya terang dan jiwanya segar kembali. Karena itulah
orang-orang beriman saja yang bisa hidup bahagia ...." (na)

Lanjutkan Membaca..

Lainya

  • Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah
    Oleh: Abdullah Hasan Alhadar
    Halaman Download > (326 Kb)
     
  • Kajian Islam
    Oleh: Armansyah
    Halaman Download > (1.3 MB)
     
  • Kumpulan Artikel HM Nur Abdurrahman (1.7 MB)
    Sumber : www.freewebs.com/hmnur/
    Kumpulan tulisan H.M Nur Abdurrahman di harian FAJAR:
    Wahyu & Akal - Iman & Ilmu.
    Halaman Download > (1.7 MB)
     
  • Kumpulan Buku Hartono Ahmad Jaiz
    Oleh: Hartono Ahmad Jaiz
        1. Ada Pemurtadan di IAIN
        2. Bila Kiyai Menjadi Tuhan
        3. Bahaya Islam Liberal
        4. Tasawuf Belitan Iblis
        5. Tasawuf, Pluralisme & Pemurtadan
    Halaman Download > (857 Kb)
     
  • Kumpulan Fatwa DR Yusuf al Qardhawi
    Ebook 1:
        1. Fatwa Qardhawi
        2. Fatwa Kontemporer
        3. Fiqh Prioritas
    Halaman Download > (741 Kb)

    Ebook 2:
        1. Sistem Masyarakat Islam Dalam Quran & Sunnah
        2. Halal & Haram Dalam Islam
        3. Hukum & Zakat
    Halaman Download > (916 Kb)

    Ebook 3:
        1. Tuntutan Bertaubat Kepada Allah SWT
        2. Bunga Rampai
    Halaman Download > (217 Kb)

    Kumpulan Fatwa DR Yusuf al Qardhawi Lengkap
        1. Fatwa Qardhawi
        2. Fatwa Kontemporer
        3. Fiqh Prioritas
        4. Halal & Haram Dalam Islam
        5. Hukum & Zakat
        6. Tuntutan Bertaubat Kepada Allah SWT
        7. Bunga Rampai
    Halaman Download > (1,7 Mb)
     
  • Kumpulan Konsultasi Islam - Eramuslim -
        - Ustadz Menjawab
        - Ruqyah Syarriyyah
        - Keluarga
        - Oase Iman
    Halaman Download > (1.3 Mb)
     
  • Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia (LDII)
    Halaman Download > (87 Kb)
     
  • Matematika Alam Semesta
    Kodetifikasi Bilangan Prima Dalam Al-Quran
    Oleh : Arifin Muftie
    Halaman Download > (191 Kb)
     
  • Sejarah Teks Al-Quran
    Terjemahan dari buku: The History of The Quranic Text
    Oleh : Prof.Dr. M.M al Azami
    Halaman Download > (2.3 Mb)
     
  • Sosok Isa dalam Sorotan Ulama
    Oleh
    : Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin
    Halaman Download > (199 Kb)
     
  • Studi Kritis Pemahaman Islam
    Oleh: Armansyah
    Halaman Download > (675 Kb)
     
  • Ulil vs Awam
    Menekuk Intelek Liberal
    Sumber : http://ulil-awam.co.nr/
    Halaman Download > (168 Kb)
     
  • Bukti Kebenaran Alquran
    Oleh: Abdullah M. al-Rehaili
    Halaman Download > (119 Kb)
     
  • Himpunan Hadist Qudsi
    Oleh: Achmad Sunarto
    Halaman Download > (5.7 Mb)
     
  • Al Quran & Rahasia Angka-Angka
    Oleh: Dr. Abu Zahra' An-Najdi
    Halaman Download > (509 Kb)
     
  • Mengungkap Rahasia Al-Qur'an
    Oleh: Allamah M.H. Thabathaba'i
    Halaman Download > (900 Kb)
     
  • Menyingkap Tabir IM
    1. Dialog Bersama Ikhwani
    Oleh: Syaikh Abu 'Abdillah Ahmad bin Muhammad Asy-Syihhi
    2. Mengenal Hakikat IM
    Oleh: Ustadz 'Abdullah Taslim
    Halaman Download > (132 Kb)
     
  • Kumpulan Buku Tentang Syi'ah
    1. Virus Syi'ah waspadalah!
    Oleh: Ustadz Abu Abdirrahman al-Atsary Abdullah Zain
    2. Diantara aqidah Syi'ah - menguak kesesatan aqidah Syi'ah
    Oleh: Syaikh Abdullah bin Muhammad As-Salafi
    3. Mungkinkah Syi'ah & Sunnah Bersatu?
    Oleh: Syaikh Muhibbuddin Al Khatiib
    Halaman Download > (382 Kb)
     
  • Mungkinkah Syiah dan Sunnah Bersatu?
    Oleh: Syaikh Muhibbuddin Al Khatiib
    Download > (263 Kb)
     
  • Rifqon Ahlassunnah Bi Ahlissunnah
    Oleh: Syaikh Abdul Muhsin Bin Hamd Al-�Abbad Al-Badr
    Halaman Download > (96 Kb)
     
  • Syarah Aqidah Al-Wasithiyah
    Oleh: Sa'id bin Ali bin Wahf Al-Qahthaniy
    Halaman Download > (68 Kb)
     
  • Aqidah Ahlus Sunnah
    Oleh: Syaikhul Islam Abu Utsman Isma'il Ash-Shabuni
    Halaman Download > (102 Kb)
     
  • Membentuk Keluarga Diatas Kemuliaan Sunnah
    Halaman Download > (382 Kb)
     
  • Kenapa Alergi Dengan Salafi?
    Oleh: Abdurrahman Thayib Lc
    Halaman Download > (238 Kb)
     
  • Poligami Dihujat
    Oleh: Abu Salma al-Atsari
    Halaman Download > (189 Kb)
     
  • Kontroversi Puasa Sunnah Hari Sabtu
    Oleh: Abu Salma al-Atsari
    Halaman Download > (343 Kb)
     
  • Hakikat Tasawuf
    Oleh: Ustadz Abdullah Taslim, Lc.
    (Mahasiswa S2 Pasca Sarjana Universitas Islam Madinah)
    Halaman Download > (199 Kb)
     
  • JIL Sebuah Doktrin Yang Telah Usang
    Oleh: Ustadz Muhammad Arifin Badri
    Halaman Download > (225 Kb)
     
  • Hakikat Bid'ah dan Kufur
    Oleh: al-Imam al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albani Rahimahullahu
    Halaman Download > (291 Kb)
     
  • Dan Binasalah Yahudi
    Oleh: Abu Salma al-Atsari
    Halaman Download > (263 Kb)
     
  • Sejarah Hidup Muhammad
    Oleh: Muhammad Husain Haekal
    Halaman Download > (849 Kb)
     
 

Lanjutkan Membaca..

Valentin Itu Haram

         Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikiran. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi'ar dan kebiasaan. Padahal Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam, artinya,
"Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut." (HR. At-Tirmidzi).

Valentine?s Day adalah salah satu contoh hari besar di luar Islam yang pada hari itu sebagian kaum muslimin ikut memperingatinya, terutama kalangan ramaja dan pemuda. Padahal Valentine -menurut salah satu versi sebuah ensiklopedi- adalah nama pendeta St. Valentine yang dihukum mati karena menentang Kaisar Claudius II yang merlarang pernikahan di kalangan pemuda. Oleh karena itu kiranya perlu dijelaskan kepada kaum muslimin mengenai hukum merayakan hari Valentine atau yang sering disebut sebagai hari kasih sayang.

Lanjutkan Membaca..

Mencari Senyum

Helvy Tiana Rosa

Seorang lelaki tua dengan langkah tertatih-tatih memasuki sebuah kota. Wajahnya kusut, matanya liar dan pakaiannya kumal. Beberapa orang yang berpapasan dengannya segera menyingkir.

Di suatu tempat, di bawah sebuah pohon setua dirinya, lelaki itu tersungkur. Perlahan ia mencoba bangkit dan kembali memandangi orang yang lalu lalang di kota itu.

Lelaki Tua: “Tolong…! Tolonglah aku! Tolong…!” (mengiba, mengulang-ulang perkataannya)

Dua lelaki muda melintas di hadapannya. Memandang sekilas kemudian menghampirinya. Lelaki tua itu terus merintih-rintih. Beberapa orang lewat begitu saja tanpa peduli.

Lelaki 1: “Ada apa, Pak? Ada apa?” (memegang tangan, membimbing lelaki tua itu bangkit)

Lelaki 2: “Ya, apa ada yang bisa kami bantu?” (prihatin)

Lelaki Tua: “Tolonglah saya. Tolong! Saya…saya mencari sesuatu yang telah tak ada lagi di kota kami.”

Dua lelaki muda itu saling berpandangan heran.

Lelaki 1: “Sesuatu yang tak ada lagi di kota bapak?”

Lelaki Tua: “Ya…,aku mencari sesuatu yang sangat berharga, yang tiba-tiba saja tercerabut dari wajah semua orang di kota kami.” (manggut-manggut, sedih)

Lelaki 1 dan lelaki 2: “Apa itu…?”

Lelaki Tua: (menerawang penuh harap) “Sebuah senyuman.”

Lelaki 1 dan 2: “Senyuman?”

Lelaki 1: “Aneh. Bapak bilang bapak mencari sebuah senyuman. Apa saya tidak salah dengar?”

Lelaki Tua: (menggeleng-gelengkan kepala) “Ya, aku sudah berjalan begitu jauh, mencari sebuah senyuman.”

Lelaki 2: “Jangan bergurau! Semua manusia diciptakan dengan wajah. Di dalam wajah kita, ada bibir yang bisa digerakkan begini, begini dan begitu (menggerakkan bibirnya ke depan, ke samping dan sebagainya dengan kesal).

Lelaki 1: “Ya, bahkan orang segila apa pun masih memiliki senyuman. Aku benar-benar tak mengerti. ”

Lelaki Tua: “Kalau begitu kalian menganggapku lebih dari gila!? (sewot). Dengar, aku tidak mengada-ada! Semua orang di kotaku sudah tak bisa lagi tersenyum! Titik!”

Lelaki 1 dan 2 saling berpandangan kembali.

Lelaki 1 : (menarik napas panjang, menggaruk-garuk kepala yang tak gatal) “ Baiklah. Sesuatu terjadi tentu ada sebabnya. Mungkin aku pun telah gila, tetapi aku ingin tahu hal apa yang menyebabkan penduduk di kota kalian tak bisa tersenyum?”

Lelaki 2: “Ya, apa ada orang-orang yang berkeliaran dan menjahit semua bibir penduduk di kotamu, sehingga mereka tak bisa lagi tersenyum atau membuka mulut untuk tertawa?” (mengejek)

Lelaki Tua: (menggeleng, serius) “Tidak. Bahkan jahitan-jahitan di mulut kami telah dilepaskan. Dulu memang penduduk kota kami tidak bisa bicara, kecuali (mencontohkan) Hm…hm…(mengangguk-angguk), tetapi kini, setelah jahitan-jahitan dilepaskan dari bibir kami, entah mengapa bibir kami menjadi kebas. Kami bebas berkata-kata tetapi tak bisa lagi tersenyum. Bahkan, bila kami mencoba untuk tertawa yang keluar adalah amarah, tangisan dan airmata….”

Lelaki 2: “Aku tak mengerti. Aku benar-benar tak mengerti. Lebih baik aku pergi daripada mendengarkan celotehan orang gila ini!” (kesal dan berbalik akan pergi)

Lelaki 1: (mengejar lelaki 2 yang bergegas pergi) “Tunggu, teman! Tetapi…kurasa, entahlah…, ia datang dari jauh, mungkin ia mengatakan yang sebenarnya, dan mungkin kita bisa kita menolongnya.”

Lelaki 2: (cemberut) “ Menolong? Bagaimana menolong orang gila ini?”

Lelaki 1 bergegas menghampiri lelaki tua itu.

Lelaki 1: “Katamu seluruh penduduk di kotamu tak dapat lagi tersenyum?”

Lelaki Tua: (manggut-manggut): “Ya…,ya….”

Lelaki 1: “Berarti kau juga?”

Lelaki Tua: (manggut-manggut lagi) “Tentu saja!”

Lelaki 1 bergegas kembali menghampiri Lelaki 2. Wajahnya lebih cerah.

Lelaki 1: “Dengar, lelaki tua itu mengaku bernasib sama dengan seluruh penduduk di kotanya! Ia juga tak bisa tersenyum! Tugas kita adalah menolongnya agar ia bisa tersenyum lagi! Nah, setelah ia bisa tersenyum kembali, mungkin hal ini akan berpengaruh pada para penduduk kota itu.”

Lelaki 2: (Bengong) “Jadi…kita harus membuatnya tersenyum?“

Lelaki 1: “Ya, tunggulah sebentar di sini. Aku akan menyuruh orang membawa makanan dan minuman yang enak untuknya. Siapa tahu ia akan tersenyum.”

Lelaki 2: “Tentu saja (setuju, yakin), ia akan tersenyum dan berterimakasih pada kita.”

Lelaki 1 meninggalkan tempat itu. Lelaki 2 sesekali memperhatikan si lelaki tua. Wajah lelaki tua itu keras, dingin, dan penuh curiga.

Tak lama, Lelaki 1, kembali bersama seorang lelaki lain bergaya genit (lelaki 3) yang membawa baki penuh berisi makanan dan minuman yang enak. Mereka meletakkan nampan besar itu di hadapan si lelaki tua.

Lelaki 1: “Ini kubawakan makanan dan minuman lezat. Nikmati dan tersenyumlah.”

Lelaki Tua: (memakan makanan dan minuman itu dengan rakus) “Terimakasih….”

Lelaki 2: (menghampiri) “Mengapa kau tak mengucapkan terimakasih sambil tersenyum pada kami?”

Lelaki Tua : “Sudah kukatakan, aku tak bisa tersenyum!”

Lelaki 1,2,3 saling berpandangan.

Lelaki 2: “Aku akan menggelitik kakinya. Biasanya bila digelitik, orang pasti akan tertawa!”

Lelaki 1 : “Ya, ya…, ide yang bagus!”

Lelaki 3: (bindeng) “Aih, ike juga setuju!”

Lelaki 2 segera menggelitik kaki lelaki tua itu, tetapi tak ada reaksi. Ia menggelitik sekujur badan orangtua itu. Sia-sia. Lelaki tua tersebut tak juga tertawa. Akhirnya ketiga lelaki itu menggelitik sekujur badannya secara bersamaan.

Lelaki Tua: “Aduh…aduh, sakit! Aduh perih! A…duh!” (mengerang)

Lelaki 1,2,3: (Terkejut, menghentikan tindakan mereka) “Sakit? Perih?”

Lelaki 2: “Mengapa kau tak tersenyum? Seharusnya kau tertawa! Orang akan tertawa bila kegelian!”

Lelaki tua: (melotot) “Aku tidak bisa, tahu! Bodoh! Bukankah sudah kukatakan sejak tadi, aku tak bisa lagi tersenyum. Jadi berhentilah melakukan hal yang konyol! Tolong aku, anak muda!”

Lelaki 1,2,3 berpandangan keheranan.

Lelaki 1: (bangkit) “Sebentar, aku punya akal!” (pergi)

Lelaki 2 dan 3 bangkit sambil memandang lelaki tua itu sebal. Mereka bolak-balik di hadapan lelaki tua itu sambil memikirkan cara membuatnya tersenyum. Sesekali lelaki 2 nyengir kuda melihat gaya lelaki 3 yang centil. Tetapi lelaki tua itu sama sekali tak bergeming.

Lelaki 3 (bindeng): (berlari gembira menghampiri lelaki tua itu) “Aih, aku punya dollar yang banyak! Kau mau? Ambillah? Nih, ini! Semua menjadi milikmu!”

Lelaki Tua: “Untukku? Boleh.” (memasukkan semua dolar ke sakunya).

Lelaki 3 : (bengong, bindeng) “Mana ucapan terimakasihmu?”

Lelaki Tua: “Terimakasih.” (datar)

Lelaki 3: (kesal, bindeng) “Di mana-mana, orang itu kalau dikasih bantuan, apalagi uang, matanya berbinar-binar, hati menjadi girang dan ia akan tersenyum bahkan tertawa. Bagaimana sih?”

Lelaki Tua: (cemberut) “Ngasih kok nggak ikhlas. Sudahlah, tolong saja aku dan para penduduk kota agar bisa tersenyum kembali….”

Lelaki 2 dan 3: “Huh!” (kesal)

Tiba-tiba, lelaki 1 datang bersama seorang badut yang lucu sekali. Badut itu menari-nari, menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Sang Badut mengitari lelaki tua dan mencoba terus menghiburnya.
Badut (jenaka) : “Apakabar, Pak tua? Tralala trilili, aku pelucu, penghibur semua orang (tertawa-tawa), janganlah takut!” (badut memamerkan berbagai aksi lucu)

Lelaki 1,2,3 : (tertawa dan bertepuk tangan melihat aksi badut)

Lelaki tua itu menatap Sang Badut agak lama, lalu di luar dugaan, ia malah menangis. Lambat laun tangisan itu berubah isakan yang semakin kencang. Lelaki 1,2 dan 3 keheranan.

Lelaki Tua: ( Menangis, sedih sekali) “Mengapa harus ada orang sepertimu? (menunjuk-nunjuk badut). Setelah tiga puluh dua tahun kepedihan ini kau muncul dengan konyolnya.”

Lelaki 3: “Aih, apa maksudmu, Pak Tua!”

Lelaki 1: “Ya, bukankah seharusnya badut dapat membuat orang tersenyum dan tertawa?”

Lelaki Tua: (menangis)“Sungguh, aku telah melihat badut-badut bermunculan tahun ini di sepanjang jalan di kota kami. Seolah mereka adalah pahlawan yang bisa mengurangi derita dan membuat kami menyunggingkan senyuman. (mencoba berhenti menangis) Dengar! Kami hanya bisa menertawakanmu dalam kegetiran terpencil di sudut sanubari kami. Kalian tak bisa membodohi kami. Sebab kalian cuma badut! Bahkan bila kalian mengenakan jas, dasi atau sorban sekali pun! Senyumku bukan untuk orang seperti kalian!”

Lelaki 2: “Oh, Tuhan! Aku tak mengerti! Ia malah marah!”

Badut: (Kesal) “Ya, sudah. Lebih baik aku pergi.”

Lelaki 1 dan 2 berpandangan bingung sambil menggelengkan kepala. Lelaki 3 dengan centil melambai-lambaikan tangannya pada Sang Badut.

Lelaki 3: “Aih, daaag, Om Badut!”

Suram. Ke empat lelaki itu termenung sesaat.

Lelaki Tua: (berjalan,mencari, mendamba)“Senyuman…,di mana senyuman itu? Aku ingin membawa berjuta senyuman kembali ke kota kami…, senyuman…mana senyuman itu? Kehidupan kota kami bagai mati tanpa senyuman….” (merintih sedih)

Hening.

Lelaki 1: (berteriak) “Pak Tua! Hei, Pak Tua! Sebenarnya siapakah yang mengambil semua senyuman dari kota kalian!?”

Lelaki 2: “Ya! Itu yang belum kau ceritakan pada kami!”

Lelaki Tua: (mengernyitkan kening, menggelengkan kepala, menerawang) “Aku tidak begitu pasti. Mereka para penjarah.”

Lelaki 2: “Penjarah? Apa yang mereka jarah?”

Lelaki Tua: “Apa saja. Harta, kedudukan bahkan kehormatan. Mereka menjarah beras, gula juga perempuan. Mereka membakar dan membuat onar. Memaksa kami menggigil karena takut dan lapar, setiap malam dan siang. Mereka bermain-main dengan darah lalu tiba-tiba para ulama kami mati. Kemudian tak ada lagi senyum yang bisa kami temukan. Semua senyum mereka rampas, untuk mereka bagikan pada orang-orang gila yang kini berkeliaran di kota kami…. “

Hening lagi.

Tiba-tiba terdengar suara hiruk pikuk. Lelaki-lelaki itu mencari arah datangnya suara dan terkejut melihat banyak orang menuju ke arah mereka. Wajah orang-orang itu seperti mencari sesuatu. Lelaki 1 segera menghampiri salah seorang di antara mereka.

Lelaki 1: “Siapa kalian? Darimana dan hendak kemana?”

Orang 1: “Kami mencari orang-orang yang bercahaya.”

Lelaki 2: (menghampiri) “ Orang-orang yang bercahaya?Apa maksudmu?”

Orang 1: “Kami telah kehilangan senyuman. Hanya orang-orang bercahaya yang bisa mengembalikan senyum kami.”

Lelaki Tua : ( tersentak, tergopoh-gopoh) “Jadi kalian juga seperti aku? Hidup tanpa senyuman?”

Orang-orang itu mengangguk-angguk.

Lelaki Tua: “Dan hanya orang-orang yang bercahaya, yang bisa membuat kita kembali tersenyum?”

Orang 1: “Ya.”

Lelaki 2: “Siapa mereka? Di mana mereka?”

Orang 1: “Entahlah. Kita bisa jelas mengetahui, ketika kita melangkah di jalan cahaya….”
Lelaki Tua: “Melangkah di jalan cahaya?”

Orang 1: “Ya, melangkah di jalan cahaya!”

Orang-orang itu mengangguk-angguk dan segera berlalu dari hadapan mereka. Tiba-tiba lelaki tua menyusul. Ia berlari ke arah orang-orang itu.

Lelaki Tua: “Aku ikut! Cahaya! Cahaya!” (berlari meninggalkan ketiga lelaki yang tampak bingung).

Lelaki 3: “Aih, masak sih senyuman begitu susah dicari. Sampai harus menuju cahaya segala. Lihat nih (pada lelaki 2), senyumku manis kan?”

Lelaki 2: (melompat, terbelalak) “Itu bukan senyuman! (pada Lelaki 1) Teman, lihatlah, seringainya! Menyeramkan!”

Lelaki 3: (bingung, mencoba tersenyum, tetapi yang tampak seringai yang mengerikan)

Lelaki 1: “Benar! Kkkau menakuti kami! Seharusnya kau tersenyum. Lihat senyumku, ini…”

Lelaki 3: (takut) “Aih, tolong!! Senyummu membuatku takut! Toloooong!” (lari meninggalkan Lelaki 1 dan Lelaki 2).

Lelaki 2: “Berhenti tersenyum! Kau menyeramkan. Nah, lihat senyumku (mencoba tersenyum, tetapi kaku) “A…apa yang terjadi…, a…aku tak bisa tersenyum….”

Lelaki 3: (memegang bibirnya) “A…aku juga…,mengapa bisa begini? Apa yang…sebenarnya terjadi?”

Panik.

Lelaki 1 dan 2: (sedih, bingung) “Senyuman…, di mana senyuman? (mencari, melangkah tak tentu arah) Cahaya…, cahaya… di mana cahaya? Senyuman…senyuman… di mana senyuman…? Cahayaaaa!?? Senyumaaaann!?? Senyumaaaan!?? Cahayaaaa!??”

Utan Kayu, 1998
Helvy Tiana Rosa
5 Februari 2001

Lanjutkan Membaca..

Meniti Kesempurnaan Iman

Kenali Aqidahmu

Keyboard Arab